Sunday, November 13, 2011

12. Menolak, Menghina Dan Sebagainya


 أَبَي  abã   [kata kerja berobjek] 1 menolak, tidak mau, tidak menghendaki (2: 282)  وَلاَ يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كًمَا عَلَّمَهُ اللهُ dan janganlah seorang penulis menolak menuliskan (tepat)  sebagaimana Allah mengajarkan kepadanya (untuk menulis secara apa adanya).  *(9: 8) وَيَأبَى اللهُ إِلاَّ أَنْ يُتَِّ نُورَهُ sebaliknya Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan nur-(ajaran)-Nya,  2 tidak menyukai, membenci; meremehkan, menghina; menentang (9: 8) يُرِضُونَكُمْ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُبُهُم mereka (kaum musyrik) berusaha menyenangkan kalian (para mu’min) dengan mulut (ucapan; janji) mereka, padahal hati mereka menentang.

Saturday, November 12, 2011

11. Bapak dan atau Kakek Moyang


Abraham dan Isac (Ibrahim dan Ishaq), setelah penyembelihan dibatalkan (dalam versi Kristen yang diperintahkan untuk disembelih adalah Isac)
أبو a-ba-wa mencakup pengertian: bapak, bapak moyang, kebapakan, menjadi bapak; dermawan; memiliki, berciri kebapakan. Dari akar ini, tiga bentuk muncul 117 kali dalam Al-Qurãn: أَبٌ abun (kata benta tunggal) muncul 46 kali, أَبَوَانِ (kata benda ganda: dua bapak) 7 kali, أَبَاءٌ (jamak tak beraturan – jam’u-taksîr: para bapak) 64 kali.
     أَبٌ abun [kata benda, ketika dalam tarkîb idhãfy - kata majemuk > nominatif (مَرْفُوع) أَبُو abû, akusatif (مَنْصُوبٌ) أَبَا abã, dan genitif (مَجْرُورٌ) أَبِى abî ; jamak أَبَاءٌ abã’(un] berarti 1 bapak, ayah (33: 40) مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحًدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ (nabi) Muhammad itu bukanlah bapak dari siapa pun lelaki di antara kalian tapi dia itu rasul Allah sekaligus nabi penutup Maksud ayat ini: jangan kalian – bangsa Arab – mengkultuskan atau membanggakan Nabi Muhammd sebagai pusat keturunan, karena yang harus ditonjolkan adalah peran beliau sebagai rasul serta nabi terakhir.  Tapi ada juga yang menghubungkan ayat ini dengan kasus pernikahan Nabi Muhammad dengan mantan istri anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah. Kata mereka, ayat ini mengingatkan bahwa Nabi Muhammad bukanlah ayah kandung Zaid, sehingga tak ada salahnya beliau menikahi janda Zaid. Tafsir yang pertama agaknya lebih kuat dari yang kedua, karena kita lihat belakangan sebagian bangsa Arab justru cenderung mengklaim Nabi Muhammad sebagai pusat keturunan (biologis) mereka. Banyak yang mengaku-aku sebagai keturunan Nabi Muhammad! (Sesuatu yang tak ada relevansinya dengan da’wah Al-Qurãn). 2 kakek, buyut (12: 6) كَمَا أَتَمَّهَا عَلى أبَوَيكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَ إسْحَاقَ Sebagaimana Dia (Allah) telah menyermpurnakan anugerahNya dahulu (kepada) dua bapak- (= kakek, buyut)-mu Ibrahim dan Ishaq. 3 kakek moyang (22: 78) مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيم (agama yang Dia ajarkan kepada kalian ini adalah sama dengan) agama bapak (= kakek moyang) kalian Ibrahim. 4 pemilik, bersifat, berhubungan dekat dengan (111: 1) تَبَّتْ يَدَا أَبِى لَهَبٍ وَ تَبَّ lumpuhlah kedua tangan Abu Lahab (harfiah: bapak pengobar api – calon penghuni neraka) dan seterusnya lumpuhlah.
     أَبَوَانِ abawãn(i) [bentuk ganda dari أَبٌ abun] 1 ayah-bunda, kedua orangtua (7: 27)  يَا بَنِى ءَادَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمْ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ hai anak Adam (manusia), jangan sampai Setan menipu kalian sebagaimana dia telah mengeluarkan ‘kedua orangtua’ kalian dari jannah (surga). 2 dua bapak, dua buyut (12: 6) كَمَا أَتَمَّهَا عَلى أبَوَيكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَ إسْحَاقَ Sebagaimana Dia (Allah) telah menyermpurnakan anugerahNya dahulu (kepada) dua bapak- (= kakek, buyut)-mu Ibrahim dan Ishaq.

Thursday, November 10, 2011

10. Iblis


Iblis menggoda Yesus. 
إِبْلِيسُ iblîs(u) [para orientalis menganggap sebagai pinjaman dari bahasa Yunani, diabolos], muncul dalam Al-Qurãn sebanyak 11 kali. Sebagian ahli bahasa mengatakan kata ini berasal dari بَلَسَ yang berarti menyesal. Al-Qurãn menegaskan bahwa iblis berasal dari atau sebangsa dengan jin (18: 50). Penyesalan (إِبْلاَسٌ) sang iblis terjadi karena ia dikutuk Allah sebagai akibat ketidak-patuhannya ketika ia disuruh sujud kepada Adam (17: 61 dan 2: 35).
        Alasan iblis menolak sujud kepada Adam adalah karena ia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah (15: 33; 7: 12).  Ia kemudian menipu Adam untuk memakan buah dari pohon terlarang, sehingga Adam diusir dari jannah. Iblis sendiri hukumannya ditunda sampai hari kiamat, dan karena itu ia bersumpah untuk menyesatkan manusia sampai hari tersebut (kiamat: kehancuran dunia). Dalam (7: 16-17) ia bersumpah untuk menghadang manusia agar keluar dari ‘jalan lurus’, dan akan menggoda manusia dari   depan, belakang, dari kanan dan dari kiri, sehingga kebanyakan manusia menjadi makhluk yang tidak bersyukur. Allah mempersilakan iblis melaksanakan kehendaknya tapi ditegaskan bahwa hamba-hamba Allah yang ikhlas tidak akan tersentuh oleh godaannya (15: 32-42).

Wednesday, November 9, 2011

9. Unta Atau Awan?


أبل abala menerima unta, menjaga unta; menjauhkan diri dari istri; أبِيْل rahib; kepala pendeta; إِبَالَةٌ kelompok, kumpulan. Kata إِبِلٌ muncul tiga kali dalam Al-Qurãn, dan أبَابِيلُ sekali.
     إِبِلٌ [kata benda jamak, dalam bahasa percakapan berarti unta jantan maupun betina, tak ada bentuk tunggalnya] 1 unta (6: 144)  وَمِنَ الْإبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ  sepasang unta dan sepasang sapi 2 awan (menurut sebuah tafsir atas ayat (88: 17)  أَفَلاَ يَنْظُرُونَ إِلَى الإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana awan terbentuk? [terjemahan versi lain: tidakkah mereka perhatikan bagaimana unta diciptakan?].
        أبَابِيلُ abãbîl [jamak dari إِبَالَةٌ ibãlatun], أَبُولٌ abûl(un) atau  إِيْبَالَةٌ  îbãlatun adalah katabenda jamak yang tak ada bentuk tunggalnya] kumpulan ternak (terutama yang sedang berjalan), berbagai kelompok, ombak yang bersusulann (105: 3) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيْلَ yakni Dia (Allah) melepas (mengirim) segerombolan burung menyerang mereka. Segerombolan burung itu didatangkan, konon, untuk menggagalkan usaha Abrahah, penguasa Kristen di Selatan Arab, yang menyerang Ka’bah. Ada sumber (hadis?) menyebutkan peristiwa itu terjadi tahun 570 Masehi, dan selanjutnya tahun kejadian itu disebut sebagai Tahun Gajah. Disebutkan pula bahwa Tahun Gajah itu adalah tahun kelahiran Nabi Muhammad.

8. Melarikan Diri


أبق abaqa (budak) melarikan diri dari tuannya; memberontak; bersembunyi; (unta betina) tidak mau memberikan susunya. Kata أبق abaqa muncul sekali dalam Al-Qurãn.
     أبق abaqa a/u (kata kerja tak berobjek), (budak) melarikaan diri dari majikannya (37: 140)  إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ ketika ia (Yunus) melarikan diri (meninggalkan tugas da’wah) menuju kapal yang penuh muatan. Ayat ini mengisyaratkan posisi (nabi) Yunus di hadapan Allah adalah 'budak' atau 'hamba'. Ketika ia mengabaikan tugasnya, kata yang digunakan adalah  أبق abaqa.

Tuesday, November 8, 2011

7. Ibrahim

Dalam lukisan karya pelukis Belanda, Rembrant (1634) ini digambarkan tangan Abraham yang akan menyembelih Ishak (bukan Isma'il) ditarik oleh malaikat.

Hajar dan Isma'il?
إِبْرَاهِيمُ  Ibrãhîm(u) [pinjaman dari bahasa Ibrani].  Muncul 69 kali dalam Al-Qurãn. Para ahli bahasa memasukan ke dalam kelompok kata berhuruf akar  ب-ر-ه-م meskipun tahu bersumber dari bahasa asing. Bila membuka Bible, kisah Ibrãhîm bisa dibaca dalam Genesis (Kejadian) XII.5. Salah satu ayat Al-Qurãn (3: 68) menyebutkan:  إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِىُّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrãhîm adalah mereka yang mengikuti-(ajaran)-nya, dan (orang-orang yang selanjutnya) mengikuti nabi ini (Muhammad), yakni mereka yang beriman (dengan ajaran Allah yang disampaikan Muhammad). * Ibrãhîm juga merupakan nama surat ke-14 dalam Al-Qurãn, salah satu surat Makkiyah, yang dinamakan demikian karena memuat kisah Ibrãhîm pada ayat 35-41.
     Ibrãhîm digambarkan dalam Al-Qurãn (4: 125) sebagai ‘teman Allah’ ( خَلِيلاً khalîlan). Digambarkan bersifat hanîf(un). Harfiah, hanîf berarti cenderung, dan teguh, yaitu cenderung pada kebenaran dan teguh berpegang kepadanya. Hal yang menarik dari Ibrãhîm adalah caranya mengajak orang untuk memikirkan keberadaan dan hakikat Tuhan, seperti dalam (6: 75-79), dan permintaannya kepada Tuhan untuk memperlihatkan bagaimana menghidupkan orang mati (2: 260). Sebagian mufassir menafsirkan permintaannya secara harfiah, yaitu bahwa Ibrãhîm memang ingin melihat bagaimana Tuhan menghidupkan kembali orang yang sudah mati secara fisik. Sebagian memahaminya sebagai kiasan. Dalam hal ini, yang paling menarik adalah tafsir Isa Bugis, yang memahami pertanyaan Ibrãhîm dalam konteks da’wah. Bagi Isa Bugis, pertanyaan Ibrãhîm ‘perlihatkan kepada saya bagaimana anda (Allah) menghidupkan orang mati?’ (arini kaifa tuhyil-mautã أرنى كيف تحي الموتى) adalah pertanyaan dalam konteks Ibrãhîm sebagai rasul, yang merupakan pelanjut dari para rasul sebelumnya. Tugas setiap rasul adalah melakukan da’wah, dan da’wah adalah proses menghidupkan iman. Iman dalam terminologi Isa Bugis disebut  dengan istilah nûr (harfiah: cahaya), dan sebaliknya, kekafiran, disebut zhulumãt (harfiah: kegelapan). Istilah-istilah itu diambilnya dari Al-Qurãn (2: 257 dll.).
Menurut Isa Bugis, manusia yang hidup dalam zhulumãt adalah sama dengan manusia ‘yang mati secara nûr’. Bila kematian itu terjadi setelah mereka lama ditinggal seorang rasul, maka mereka layak disebut sebagai ‘bangkai nûr’.
Sebagai rasul, Ibrãhîm adalah seorang pelanjut dari rasul sebelumnya, dan masyarakat yang dihadapinya adalah manusia-manusia yang secara iman sudah mati (menjadi bangkai nûr) sejak sekian waktu setelah rasul sebelumnya wafat. Ibrãhîm harus menghidupkan kembali (iman) masyarakat yang sudah mati itu. Maka, menurut Isa Bugis, pertanyaan Ibrãhîm di atas, arini kaifa tuhyil-mautã  أرنى كيف تحي الموتى berarti: perlihatkan kepada saya bagaimana Anda (Allah) menghidupkan kembali (iman) manusia yang sudah mati? Pertanyaan ini dijawab Allah dengan bahasa perumpamaan. Yaitu Ibrãhîm (seolah-olah) disuruh memelihara dan menjinakkan empat ekor burung. Burung di sini maksudnya adalah (perumpamaan bagi) kader da’wah. Setelah jinak, burung-burung itu, yang sebenarnya adalah para kader binaan Ibrãhîm, diperintahkan untuk ditempatkan di atas gunung. Dan gunung yang dimaksud ini adalah gunung dalam arti kiasan pula, yaitu perumpamaan bagi tatanan kehidupan (sistem) piramidal.
Dalam tafsir yang populer, kepatuhan  total Ibrãhîm terhadap Allah digambarkan dengan kesediannya melaksanakan perintah (lewat mimpi) untuk menyembelih anaknya, Ismã’îl.  Satu hal yang perlu dicatat di sini adalah kenyataan bahwa dalam konteks ‘penyembelihan’ ini nama Ismã’îl tidak disebut dalam ayat-ayat yang dijadikan rujukan (37: 99-111).
Selain kasus penyembelihan (yang tidak jadi dilakukan) itu, kisah Ibrãhîm juga ditandai dengan keputusannya untuk menempatkan istri keduanya, Hajar, di sebuah lembah tandus di Makkah (14:  35-37), seraya berdoa (2: 129) agar kelak Allah mengutus seorang rasul di Makkah, yang akan membacakan (mengajarkan) ayat-ayat Allah.
Pentingnya peran Ibrãhîm ditandai pula dengan pekerjaannya membangun ulang (renovasi) Ka’bah, dan memulai (?) ibadah haji (2: 125-128; 22: 26-27; 3: 96-97).
Rombongan jama'ah haji. Dimulai dari Ibrahim?

Monday, November 7, 2011

6. Hewan Liar


أبد abad(un)  abad, lama, abadi; hewan liar; أَبَدَ  abada  menetap di suatu tempat; menjadi liar; melarikan diri. Kata أَبَدًا muncul 28 kali dalam Al-Qurãn.
     أَبَدًا sebagai  ظَرْفٌ zharf(un) (keterangan tempat/waktu) 1 berarti selamanya, abadi, sangat lama, seperti dalam (4: 122) وَالَّذِبْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ رسَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِيْن فِهَا أَبَدًا kaum beriman, yaitu mereka yang berbuat tepat (sesuai petunjuk Allah) akan Kami masukkan (ke dalam kehidupan) jannah (harf. kebun, taman) yang dialiri air. Mereka hidup (bahagia) di dalamnya, selamanya. 2 [menyatakan penolakan] ‘jangan pernah’, a) larangan secara tegas, seperti dalam (9: 108) لاَ تَقُمْ فِيْهِ أَبَدًا jangan pernah kamu melakukan (shalat) di dalamnya (masjid dhirãr – masjid yang didirikan kaum munafik) selamanya b) peringatan, pesan (24: 17) يَعِظُكُمُ اللهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا... Allah menasihati kalian agar tidak kembali (melakukan kesalahan) yang sama selamanya.